Lantaran netes anggaran negara pendukungnya hanya dari sisa-margin keborosan penggunaannya oleh rutinitas birokrasi ASN yang tidak bermanfaat. Selama ini literasi anggaran negara masih rendah, mau untung besar tapi tak mau perhatian serius mengalokasikan anggaran berbasis kebutuhan pembangunan kualitas pemuda. Boleh-boleh saja menyiapkan untuk membayar kenaikan gaji, dan pensiunan, tapi jangan sampai tersedot habis.
Tak ada alasan pemerintah untuk tidak memberikan stimulus anggaran yang bersifat pembinaan sumber daya. Menyalurkan dana insentif subsidi dengan cara-cara menggunakan skema yang mudah. Baik kepada individu-individu berprestasi, klub-klub, maupun kelompok-kelompok organisasi kepemudaan yang resmi memiliki legalitas hukumnya. Peranan anggaran ini pada prinsipnya dapat membesarkan eksistensi pemuda. Anggaran yang menentukan hidup-mati, loyo dan bergairahnya sumber daya.
Jangan Ditantang Arusnya
Ada yang sibuk endorse amandemen UUD 1945, mudah-mudahan diperlukan analisis mandalam. Biarlah tugas academic discourse yang akan membuka kotak pandora politik. Sebab sebangun dengan itu yang luar biasa riskan, baru-baru ini kita dihadapkan fakta politik yang sangat kontrak produktif. Yakni kecurigaan yang berlebihan, banyak atas nama tokoh partai, maupun ormas yang bahkan menolak terhadap gugatan batas minimal usia capres-cawapres menjadi 35 tahun di Mahkamah Konstitusi (MK).