CARAPANDANG - Perdana Menteri (PM) baru Jepang, Shigeru Ishiba membubarkan majelis rendah parlemen untuk mengadakan pemilu cepat pada 27 Oktober. Ishiba meminta rakyat mempercayai kebijakan partai yang berkuasa, meskipun banyak kritikus menyebut pemilu ini dilakukan terlalu cepat.
Ishiba baru menjabat setelah Fumio Kishida mengundurkan diri karena dirundung skandal korupsi. Pemilu ini bertujuan untuk mengamankan mayoritas di majelis rendah bagi partai yang berkuasa sebelum dukungan publik memudar.
Langkah ini dikritik karena lebih mementingkan pemilu daripada kebijakan dan hanya memberikan sedikit ruang untuk debat. Meski begitu, oposisi di Jepang terlalu terpecah untuk menggulingkan partai yang telah memegang kekuasaan hampir tanpa jeda sejak Perang Dunia II.
Ishiba telah mengumumkan rencana pemilu sebelum ia memenangkan pemilihan kepemimpinan partai dan menjadi perdana menteri. Kabinetnya menetapkan kampanye akan dimulai pada Selasa (15/10/2024) depan, dikutip dari AP News.
Pada konferensi pers, Ishiba berjanji, untuk mendapatkan pemahaman dan kepercayaan dari rakyat. Ia mengatakan, tanpa dukungan publik, politik tidak akan berjalan efektif.
Dukungan publik terhadap Ishiba sebagai perdana menteri hanya sekitar 50 persen, yang merupakan angka terendah untuk pemimpin baru di Jepang. Ia tampak mundur dari beberapa proposal yang sebelumnya ia dukung agar tidak memicu kontroversi sebelum pemilu.