CARAPANDANG - Banjir yang melanda wilayah Aceh dan Sumatera Utara dipicu curah hujan ekstrem yang mencapai lebih dari 150 mm per hari. Hujan dengan intensitas tinggi membuat debit air sungai melampaui kapasitas tampung. 

"Selain itu diperparah perubahan tutupan lahan di kawasan hulu. Yang meningkatkan sedimentasi dan menurunkan kemampuan sungai mengalirkan air," kata Kabiro Humas Kementerian Kehutanan Krisdianto, Jumat (28/11/2025). 

Di Aceh Utara, banjir mengakibatkan 3.507 warga mengungsi serta merendam ratusan hektare sawah dan tambak. Di Kabupaten Langkat, banjir merendam permukiman dan merusak infrastruktur, termasuk robohnya Jembatan Titi Cempedak. 

Selain itu banjir juga memutus akses Jalan Lintas Sumatera Utara–Aceh. Dan juga menyebabkan kerusakan luas pada permukiman dan gangguan aktivitas masyarakat.

Adapun di Kabupaten Tapanuli Tengah, Kota Sibolga, dan Kabupaten Tapanuli Selatan, banjir menyebabkan 15 korban jiwa. Kementerian Kehutanan menyatakan sedang memperkuat pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) secara menyeluruh. 

"Langkah yang dilakukan meliputi identifikasi titik rawan di hulu DAS, percepatan rehabilitasi hutan dan lahan pada kawasan kritis. Serta revegetasi di sempadan sungai dan lereng curam untuk meningkatkan stabilitas lahan," katanya.