CARAPANDANG - Kerusuhan yang terjadi di seluruh negeri akhirnya memaksa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membatalkan salah satu kebijakan kontroversialnya, yakni memecat Menteri Pertahanan Yoav Gallant yang memperingatkan bahwa perombakan yudisial akan merugikan militer.
Dalam pidato yang disiarkan televisi pada Senin (10/4/2023) malam waktu setempat, Netanyahu mengatakan Gallant akan tetap pada posisinya, dua minggu setelah dia memecat menteri tersebut.
"Saya memutuskan untuk menempatkan perbedaan yang kami miliki di belakang kami," katanya, dikutip dari The Guardian. "Gallant tetap pada posisinya dan kami akan terus bekerja sama demi keamanan warga Israel."
Gallant menyambut langkah Netanyahu sekaligus mengunggah di media sosial foto dirinya dengan perdana menteri. "Kami terus bersama dengan kekuatan penuh untuk Israel," tulisnya.
Pencopotan Gallant memicu gelombang protes yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap rencana yang sudah tidak populer untuk melemahkan peradilan. Banyak orang Israel mencapai kesimpulan bahwa bahkan keamanan mereka dapat dikorbankan untuk kepentingan pribadi Netanyahu.
Tapi Gallant, yang dilihat di luar negeri sebagai lawan bicara utama dalam pemerintahan di mana ekstremis memiliki kekuatan yang besar, tidak pernah menerima surat pemecatan resmi dan menjabat di tengah gelombang kekerasan yang dipicu oleh penggerebekan polisi Israel di masjid Al Aqsa di Yerusalem.