Diselenggarakan oleh UN Women, Program Pembangunan PBB (United Nations Development Programme/UNDP), dan Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change/UNFCCC), forum yang digelar selama tiga hari pada 16 hingga 18 April ini akan membahas peran penting kebijakan iklim dengan inklusivitas gender dalam memajukan agenda hijau Afrika.
Delegasi dari 30 lebih negara Afrika, yang terdiri dari kalangan pemerintah, masyarakat sipil, akademisi, dan komunitas adat, menghadiri konferensi tersebut untuk memetakan jalur masa depan baru yang ramah lingkungan dan memiliki inklusivitas gender di Afrika.
Alarakhia menekankan perlunya sektor-sektor tahan iklim yang sangat penting bagi kelangsungan hidup dan kesejahteraan masyarakat akar rumput Afrika, termasuk pertanian, air, kesehatan, kehutanan, dan energi.
William Otieno, pemimpin regional UNFCCC untuk Afrika Timur dan Selatan, mengatakan bahwa pemberdayaan wanita dan anak perempuan Afrika akan menjadi kunci untuk mencapai hasil yang diinginkan benua-benua itu dalam negosiasi iklim global.
Sejumlah perempuan mengangkut air menuju kamp Baidoa di Somalia pada 21 Januari 2023. (Xinhua/Abdi)
Menurut Otieno, inklusivitas gender harus disertakan dalam proses nasional dan regional yang diarahkan pada transisi yang adil dan berkelanjutan di sebuah benua yang sedang dilanda oleh sejumlah bencana iklim.