Literasi digital bukan hanya tentang bagaimana menggunakan perangkat lunak atau perangkat keras secara teknis, tetapi juga tentang bagaimana memahami informasi yang ditemukan secara daring, mengevaluasi keandalan sumber, dan berpartisipasi secara produktif dalam masyarakat digital. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, literasi digital membuka pintu untuk eksplorasi bahasa melalui berbagai platform digital, meningkatkan kreativitas siswa dalam mengekspresikan diri, serta memfasilitasi keterlibatan dalam diskusi dan kolaborasi online.
Model Pengembangan Literasi Digital
Pengembangan literasi digital dimulai dengan integrasi teknologi digital dalam kurikulum Bahasa Indonesia. Guru perlu merancang pembelajaran yang memanfaatkan berbagai aplikasi, platform, dan sumber daya digital untuk memperkaya pengalaman belajar siswa. Misalnya, penggunaan platform blogging untuk menulis esai, aplikasi podcast untuk merekam pidato, atau media sosial untuk berdiskusi tentang karya sastra.
Guru merupakan ujung tombak dalam pengembangan literasi digital. Oleh karena itu, pelatihan yang terus-menerus tentang penggunaan teknologi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia menjadi kunci. Guru perlu diberikan pengetahuan dan keterampilan untuk mengintegrasikan alat-alat digital dengan baik dalam pembelajaran, serta mendidik siswa tentang etika dan keamanan dalam menggunakan teknologi.