Penguatan dolar AS dan imbal hasil US Treasury berdampak negatif ke emas. Pembelian emas dikonversi ke dolar sehingga kenaikan dolar AS membuat emas menjadi makin mahal untuk dibeli sehingga mengurangi pembelian.
Emas bahkan mencatat pelemahan mingguan sebesar 1,8% pada pekan lalu, menjadi penurunan mingguan terbesar dalam lima bulan terakhir. Kenaikan dolar AS turut menjadi faktor utama, di mana indeks dolar AS (DXY) menguat 0,6% selama sepekan. Hal ini berdampak negatif bagi emas, yang cenderung kurang menarik bagi investor saat dolar AS menguat.
Dilansir dari Reuters tekanan tambahan pada emas juga dipengaruhi oleh hasil pemilu AS yang membawa kemenangan Donald Trump. Kepastian kemenangan ini memberikan sentimen risk-on di pasar, sehingga investor beralih dari logam mulia ke aset-aset yang lebih berisiko, seperti saham dan sektor industri domestik yang diharapkan mendapat manfaat dari kebijakan pro-pertumbuhan ekonomi Trump. Sebaliknya, aset aman seperti emas mulai kurang dilirik.
Venu Krishna, Kepala Strategi Barclays, menyebut sentimen ini menciptakan optimisme pada kebijakan deregulasi dan pemangkasan pajak yang diharapkan mendukung sektor industri.