Peserta aksi juga mengkritik investasi besar-besaran pemerintah pada proyek infrastruktur olahraga sepak bola. Maroko memang akan menjadi tuan rumah turnamen Piala Afrika 2026 dan Piala Dunia 2030.
Mereka menilai hal ini kontras dengan krisis layanan publik yang terjadi di negara itu. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan Maroko hanya memiliki kurang dari delapan dokter per 10 ribu orang.
Gerakan GenZ 212 muncul sekitar dua minggu lalu, tetapi cepat meraih perhatian publik. Mereka beroperasi tanpa pemimpin dan tidak terkait partai politik atau perserikatan.
Gerakan ini juga mengandalkan media sosial seperti TikTok, Instagram, Facebook, dan Discord untuk memobilisasi dukungan. "Hal ini membuat pihak berwenang sulit bernegosiasi dengan mereka," kata analis politik Maroko, Mohammed Masbah.
Melalui akun Facebook GenZ 212, mereka menyerukan demonstrasi damai terkait kesehatan, pendidikan, dan keadilan sosial. Gerakan ini menjadi simbol protes generasi muda Maroko terhadap ketimpangan sosial dan buruknya layanan publik.