CARAPANDANG - Ratusan anak muda Maroko turun ke jalan di seantero negara menuntut reformasi layanan publik dan pemberantasan korupsi. Ini merupakan aksi unjuk rasa anti-pemerintah yang terbesar dalam beberapa tahun terakhir di negara itu.
Para pelaku aksi menuntut investasi yang lebih besar di bidang pendidikan dan kesehatan masyarakat. Mereka juga mengecam apa yang disebutnya sebagai prioritas nasional yang dianggap salah arah.
Aksi tersebut diorganisasikan oleh gerakan akar rumput yang menyebut diri mereka sebagai GenZ 212. Gerakan ini telah menyebar setidaknya di 11 kota seperti Casablanca, Rabat, Marrakesh, dan Agadir.
Pihak berwenang bergerak cepat menanggulangi aksi tersebut. Polisi Maroko menyatakan telah menangkap sekitar 200 orang sejak Sabtu (27/9/2025).
Pegiat hak asasi manusia (HAM) di Maroko, Hakim Sikouk, mengecam sikap represif aparat keamanan terhadap para peserta aksi. "Pendekatan keamanan terhadap tuntutan-tuntutan sosial dari kaum muda ini tidak dapat diterima," ujarnya dikutip Al Jazeera, Senin (30/9/2025).
Partai oposisi meminta pemerintah untuk berdialog dengan para pengunjuk rasa. Menurut mereka, para demonstran hanya menuntut terbukanya lapangan kerja, peningkatan layanan kesehatan, dan pendidikan berkualitas.
Para analis menilai protes ini sebagai respons atas pengabaian layanan publik selama bertahun-tahun. Kemarahan warga memuncak setelah delapan perempuan hamil meninggal di rumah sakit pemerintah awal bulan ini.