CARAPANDANG -
Dolar Amerika Serikat (AS) menguat terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell menolak untuk mengesampingkan kemungkinan kenaikan suku bunga berturut-turut karena bank sentral terus berjuang melawan inflasi.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, naik 0,41 persen menjadi 102,9122 pada akhir perdagangan.
Pada panel bank sentral yang diselenggarakan oleh Bank Sentral Eropa (ECB) pada Rabu (28/6), Powell mengatakan bahwa pengaturan kebijakan saat ini mungkin tidak cukup restriktif.
"Kami yakin akan ada lebih banyak pembatasan yang akan datang. Apa yang sebenarnya mendorongnya... adalah pasar tenaga kerja yang sangat kuat," kata Powell.
Selain itu, Powell juga mengatakan dia tidak melihat inflasi turun ke target 2,0 persen The Fed hingga 2025. Menurut alat CME FedWatch, pasar melihat peluang kenaikan suku bunga lebih dari 80 persen bulan depan, yang juga dilihat sebagai kenaikan suku bunga terakhir.
Georgette Boele, peneliti keberlanjutan ekonom senior di ABN AMRO, mencatat bahwa perkiraan suku bunga banknya kira-kira sejalan dengan ekspektasi pasar, yang dapat mendukung hasil nominal dan riil AS serta dolar AS.
"Sebelumnya, kami tidak memiliki pandangan penurunan suku bunga yang agresif dalam waktu dekat, tetapi kami memperkirakan siklus pelonggaran akan dimulai pada akhir tahun ini," kata Boele.