Pelaku pasar saat ini menanti rilis data inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) Amerika Serikat yang bisa menentukan kebijakan moneter The Fed.
Data tersebut akan dirilis pada Rabu nanti, berdasarkan survei Reuters CPI diprediksi tumbuh 5,2% year-on-year (yoy) pada Maret, turun dari bulan sebelumnya 6% (yoy). Namun, yang menjadi masalah, CPI inti diprediksi tumbuh 5,6% (yoy) lebih tinggi dari sebelumnya 5,5% (yoy).
CPI inti tidak memasukkan sektor energi dan makanan dalam perhitungan, artinya inflasi di sektor yang tidak volatil sulit turun. Dengan demikian, ada risiko The Fed akan kembali agresif menaikkan suku bunganya, apalagi pasar tenaga kerja masih kuat dan inflasi berdasarkan personal consumption expenditure (PCE) juga sulit turun.
Tetapi di sisi lain, setelah kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) kesehatan perekonomian AS mulai diragukan. Sehingga pasar menjadi sulit memprediksi ke mana arah kebijakan The Fed nantinya.