CARAPANDANG - Pemerintah Amerika Serikat resmi mengalami penutupan setelah Kongres dan Gedung Putih gagal mencapai kesepakatan anggaran menjelang tenggat waktu. Penutupan atau “shutdown” ini dimulai tepat tengah malam pada Rabu (1/10/2025), dilansir dari NBC News.
Shutdown kali ini menjadi yang pertama sejak 2018, ketika shutdown berlangsung selama 34 hari, terlama dalam sejarah. Partai Republik yang menguasai kedua kamar Kongres tetap membutuhkan dukungan Demokrat di Senat untuk meloloskan rancangan anggaran.
Namun, baik proposal Republik maupun Demokrat sama-sama ditolak pada pemungutan suara menjelang batas waktu. Hingga kini, belum ada jalan keluar yang jelas dari kebuntuan politik tersebut.
Dampak penutupan langsung terasa pada sekitar 750.000 pegawai federal yang setiap harinya akan dirumahkan tanpa gaji. Sementara itu, pegawai sektor esensial harus tetap bekerja meski tidak dibayar.
Mereka baru akan menerima gaji setelah pemerintah kembali dibuka. Kantor Anggaran Kongres (CBO) memperkirakan kompensasi pekerja dirumahkan saja bisa menelan biaya sekitar 400 juta dolar (Rp6,6 triliun).
Di sisi lain, anggota Kongres dan Presiden Donald Trump tetap menerima gaji penuh. Beberapa layanan publik dipastikan terdampak, meski manfaat Medicare dan Jaminan Sosial masih tetap berjalan.