SHARE

Istimewa

CARAPANDANG - Harga minyak melonjak lebih dari satu dolar AS per barel di awal perdagangan Asia pada Senin pagi, setelah pengekspor utama dunia Arab Saudi berjanji memangkas produksi sebesar 1 juta barel per hari mulai Juli, menangkal hambatan ekonomi makro yang telah menekan pasar.

Minyak mentah berjangka Brent berada terangkat 1,51 dolar AS atau 2,0 persen, menjadi diperdagangkan di 77,64 dolar AS per barel pada pukul 00.14 GMT setelah sebelumnya mencapai tertinggi sesi di 78,73 dolar AS per barel.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terdongkrak 1,41 dolar AS atau 2,0 persen, menjadi diperdagangkan pada 73,15 dolar AS per barel, setelah menyentuh tertinggi intraday di 75,06 dolar AS per barel.

Kedua kontrak memperpanjang kenaikan setelah melonjak lebih dari dua persen pada Jumat (2/6/2023) karena kementerian energi Saudi mengatakan pada Minggu (4/6/2023) produksinya akan turun menjadi 9 juta barel per hari (bph) pada Juli dari sekitar 10 juta barel per hari pada Mei, pengurangan terbesar kerajaan dalam beberapa tahun.

Pemotongan sukarela yang dijanjikan oleh Saudi berada di atas kesepakatan yang lebih luas oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu mereka termasuk Rusia untuk membatasi pasokan hingga 2024 karena kelompok tersebut berusaha untuk meningkatkan harga minyak yang lesu.

Kelompok tersebut, yang dikenal sebagai OPEC+, memompa sekitar 40 persen minyak mentah dunia dan melakukan pemotongan sebesar 3,66 juta barel per hari, sebesar 3,6 persen dari permintaan global.

"Langkah Arab Saudi kemungkinan akan mengejutkan, mengingat perubahan kuota terbaru hanya berlaku selama sebulan," kata analis ANZ dalam sebuah catatan, dikutip dari Reuters.

"Pasar minyak sekarang terlihat akan semakin ketat di paruh kedua tahun ini."

Konsultan Rystad Energy mengatakan pemotongan tambahan oleh Saudi kemungkinan akan memperdalam defisit pasar menjadi lebih dari 3 juta barel per hari pada Juli, yang dapat mendorong harga lebih tinggi dalam beberapa minggu mendatang.

Analis Goldman Sachs mengatakan pertemuan itu "cukup bullish" untuk pasar minyak dan dapat meningkatkan harga Brent Desember 2023 sebesar 1-6 dolar AS per barel tergantung pada berapa lama Arab Saudi mempertahankan produksi pada 9 juta barel per hari selama enam bulan ke depan.

Namun banyak dari pengurangan ini akan memiliki dampak nyata yang kecil karena grup tersebut menurunkan target untuk Rusia, Nigeria, dan Angola agar sejalan dengan tingkat produksi aktual mereka.

Sebaliknya, Uni Emirat Arab diizinkan menaikkan target produksi sekitar 200.000 barel per hari menjadi 3,22 juta barel per hari.

"UEA telah diizinkan untuk memperluas produksi, dengan mengorbankan negara-negara Afrika, yang kuotanya tidak terpakai diturunkan berdasarkan perjanjian baru," kata ANZ.

Di Amerika Serikat, jumlah rig minyak yang beroperasi merosot 15 menjadi 555 rig minggu lalu, terendah sejak April 2022, kata Baker Hughes Co dalam laporan mingguannya pada Jumat (2/6/2023).

Pengeboran telah melambat sejak Desember karena harga yang lebih lemah, biaya yang lebih tinggi dan karena perusahaan-perusahaan mengalihkan pengeluaran untuk membayar pemegang saham. dilansir antaranews.com

Tags
SHARE