SHARE

Wall Street beragam pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), karena investor mencerna keputusan produsen minyak utama OPEC+ untuk memangkas produksi di tengah sejumlah data ekonomi AS yang lemah dengan S&P 500 menguat terangkat saham-saham energi.

CARAPANDANG - Wall Street beragam pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), karena investor mencerna keputusan produsen minyak utama OPEC+ untuk memangkas produksi di tengah sejumlah data ekonomi AS yang lemah dengan S&P 500 menguat terangkat saham-saham energi.

Indeks Dow Jones Industrial Average melonjak 327,00 poin atau 0,98 persen, menjadi menetap di 33.601,15 poin. Indeks S&P 500 naik 15,20 poin atau 0,37 persen, menjadi berakhir di 4.124,51 poin.

Indeks Komposit Nasdaq jatuh 32,46 poin atau 0,27 persen, menjadi ditutup di 12.189,45 poin. Tujuh dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona hijau, dengan sektor energi dan perawatan kesehatan masing-masing naik 4,91 persen dan 1,08 persen, melampaui sektor lainnya. Sementara itu, sektor real estat merosot 0,95 persen, merupakan kelompok dengan kinerja terburuk.

Saham-saham terkait energi menguat setelah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya yang dikenal dengan OPEC+ pada Minggu (2/4/2023) secara tak terduga mengumumkan pengurangan produksi minyak mentah lebih dari 1 juta barel per hari mulai Mei.

Pemotongan produksi OPEC+ dapat mendorong harga minyak menuju 100 dolar AS per barel yang mengangkat ekuitas minyak dengan Chevron Corp, Exxon Mobil Corp dan Occidental Petroleum Corp semuanya menguat lebih dari 4,0 persen.

Sementara itu, pasar dibebani oleh data yang menunjukkan aktivitas ekonomi di sektor manufaktur AS mengalami kontraksi pada Maret selama lima bulan berturut-turut.

Institute for Supply Management (ISM) melaporkan Senin (3/4/2023) bahwa PMI (Indeks Manajer Pembelian) manufaktur AS turun menjadi 46,3 persen pada Maret dari 47,7 persen pada Februari.

Angka tersebut meleset dari ekspektasi pasar dan menandai level terendah sejak Mei 2020. Angka di bawah 50 persen menandakan kontraksi di sektor ini.

Namun, prospek biaya minyak yang lebih tinggi menambah kekhawatiran inflasi di Wall Street hanya beberapa hari setelah bukti penurunan harga meningkatkan ekspektasi bahwa Federal Reserve AS akan segera mengakhiri kampanye pengetatan moneter yang agresif.

"Keputusan untuk memangkas produksi merupakan hambatan dalam mengatasi inflasi ... dan itulah sebabnya, pada keseimbangan kita melihat bias 'risk off' secara umum," kata Terry Sandven, kepala strategi ekuitas di US Bank Wealth Management di Minneapolis.

Kekhawatiran investor tentang inflasi menarik kenyamanan dari survei oleh Institute for Supply Management dan S&P Global yang mencerminkan kelemahan dalam aktivitas manufaktur pada Maret.

Suku bunga berjangka menyiratkan 56 persen kemungkinan Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan Mei, dan 44 persen kemungkinan akan mempertahankan suku bunga tidak berubah, menurut alat Fedwatch CME Group.

Musim laporan keuangan kuartal pertama sudah dekat, dengan bank-bank besar di antara yang pertama melaporkan dalam beberapa minggu mendatang dan menawarkan rincian tentang kesehatan sektor secara keseluruhan setelah keruntuhan Silicon Valley Bank pada Maret memicu kekhawatiran akan krisis industri yang lebih luas.

Volume perdagangan di bursa AS relatif ringan, dengan 10,9 miliar saham berpindah tangan dibandingkan dengan rata-rata 12,7 miliar saham selama 20 sesi sebelumnya.