SHARE

Pendiri LSM LABRAK, Sonni Samoe dengan tegas menyatakan Menolak keberadaan perusahaan kayu tersebut.

Laporan: Hamid Toliu
POHUWATO, CARAPANDANG.COM - Pasca Banjir Bandang Dudewulo dan Telaga, kecamatan Popayato, masyarakat ujung barat Pohuwato kembali digemparkan oleh kabar akan masuknya perusahaan kayu yang saat ini sedang mengurusi perizinannya di atas lahan seluas 38.936 Hektar di atas areal lokasi di daerah barat Pohuwato.

Adalah Lumintu Ageng Lestari Joyo (LALJ), perusahaan yang bergerak di bidang pemanfaatan Hasil Hutan kayu ini saat ini sedang melakukan rencana kegiatan studi AMDAL saat ini sedang intens membujuk para tokoh masyarakat di Popayato untuk memuluskan niat mereka dalam memiliki lahan di Popayato untuk dikelola.

Merespon hal ini, pendiri LSM LABRAK, Sonni Samoe dengan tegas menyatakan menolak keberadaan perusahaan kayu tersebut.
Lelaki berdarah popayato itu bahkan berang jika pemerintah meloloskan perusahaan ini masuk ke Popayato​.

"​Di mata saya, jika pemerintah merestui masuknya perusahaan kayu ini untuk beraktivitas di Popayato, itu sama saja pemerintah sedang menyiapkan kuburan massal bagi rakyat Popayato," ungkap Sonni​.

"Belum semua wilayah HGU perusahaan sawit dilakukan land clearing saja, banjir bandang sudah menghantam wilayah perkampungan penduduk dan menghanyutkan harta bendanya,  apalagi jika perusahaan ini masuk ke Popayato​," t​egas Sonni dengan nada tinggi​.

​"S​aya pastikan saya akan melakukan konsolidasi dengan masyarakat popayato untuk melakukan penolakan​,​" ​tambah Sonni​.​

Aktivis senior inipun mengingatkan pemerintah daerah Pohuwato untuk tidak gegabah mengambil kebijakan dalam pengelolaan sumber daya alam di popayato khususnya "masuknya perusahaan ini berpotensi mengamputasi  ruang gerak masyarakat popayato dalam mengelola potensi sumberdaya alam popayato untuk kesejahteraan rakyat Popayato​,​" sebut Sonni.​ 

​"Ini cuma akan semakin mempersempit ruang hidup masyarakat lokal ​k​ami pasti akan melakukan ​tekanan demi membela hak masyarakat popayato untuk mengelola tanah warisan nenek moyang kami,dan siap jadi tumbal, jika harus nyawa taruhannya​,​" tutup Sonni berapi api.