Banyak orang berjuang untuk melanjutkan hidup mereka yang telah hancur. Salah satunya adalah Amna Abu Jahal, yang memilih tetap tinggal di kamp tersebut setelah suaminya tewas pada pekan pertama operasi militer Israel, meskipun kondisinya sangat sulit.
Setiap hari, dia harus menghabiskan waktu berjam-jam berjalan kaki demi mendapatkan beberapa liter air asin untuk diminum.
"Dulu air asin dipakai untuk kebutuhan pekerjaan rumah tangga, tetapi kini kami terpaksa meminumnya. Namun, saya masih merasa beruntung bisa mendapatkannya," kata ibu empat anak berusia 48 tahun tersebut kepada Xinhua.
"Serangan Israel adalah pembalasan. Mereka bahkan menghancurkan sumur-sumur air umum dan jaringan pembuangan limbah," tuturnya.
Data statistik PBB menunjukkan bahwa bantuan kemanusiaan yang memasuki Gaza telah berkurang lebih dari setengahnya sejak operasi darat Rafah dimulai dan Perlintasan Rafah ditutup secara mendadak pada awal Mei.
Babak baru konflik Palestina-Israel telah berlangsung selama lebih dari 300 hari. Sejumlah perundingan gencatan senjata telah dilakukan berulang kali tanpa adanya terobosan yang nyata.
Sementara sejumlah negara tetap menegaskan bahwa perundingan gencatan senjata sedang berlangsung, Israel terus melanjutkan operasi militer berskala besar dalam beberapa bulan terakhir.