Setelah model AI mempelajari pola dalam data, model tersebut kemudian dapat memprediksi hasil seperti kepribadian dan waktu kematian dengan akurasi tinggi.
Secara lebih rinci dari data yang digunakan, para peneliti mengambil data dari penduduk dengan rentang usia 35-65 tahun.
Setengah dari data tersebut berasal dari individu yang telah tutup usia di periode 2016-2020, dan para peneliti meminta sistem AI untuk memprediksi siapa yang hidup dan siapa yang meninggal.
Dalam temuannya, para peneliti menyebut prediksi AI itu ternyata 11 persen lebih akurat dibandingkan model AI lain yang ada atau metode yang biasanya digunakan oleh perusahaan asuransi jiwa untuk menentukan harga polis.
“Yang menarik adalah melihat kehidupan manusia sebagai rangkaian peristiwa yang panjang, mirip dengan kalimat dalam suatu bahasa yang terdiri dari serangkaian kata,” kata pemimpin peneliti dari DTU Sune Lehman.
Dengan menggunakan model tersebut, maka jawaban atas pertanyaan umum seperti kemungkinan seseorang meninggal dapat ditemukan.
Para peneliti menemukan bahwa respons AI tersebut konsisten dengan temuan yang ada ketika semua faktor lain dipertimbangkan.
Misalnya seperti individu yang berada dalam posisi kepemimpinan atau berpenghasilan tinggi lebih mungkin untuk bertahan hidup.
Contoh lainnya individu yang memiliki diagnosis mental erat dikaitkan dengan risiko kematian yang lebih tinggi.