Perang Saudara Amerika, yang berlangsung dari 1861 hingga 1865, merupakan perang antara pihak Union (Utara) melawan Konfederasi (Selatan), yang memisahkan diri dari Union untuk mempertahankan perbudakan. Negara-negara bagian Union berjuang untuk menghentikan Konfederasi dan akhirnya menang, sehingga memastikan semua negara bagian tetap tergabung dalam satu pemerintahan federal Amerika Serikat. Pada 1863, Presiden Abraham Lincoln mengeluarkan Proklamasi Emansipasi, yang menyatakan bahwa semua orang yang diperbudak di wilayah yang dikuasai Konfederasi harus dibebaskan.
Setelah perang itu, banyak patung dan monumen dibangun di ruang publik di seluruh negeri untuk memperingati konflik tersebut. Namun, penelitian menunjukkan fakta yang mengejutkan. Meskipun pihak Selatan kalah dan mendukung perbudakan, sebagian besar monumen publik justru didedikasikan untuk menghormati pemimpin dan nilai-nilai Konfederasi, bukan pihak Utara yang memenangkan perang.
Bagi banyak orang, monumen Konfederasi memiliki dampak yang sangat negatif terhadap komunitas Afrika-Amerika, karena menjadi pengingat sehari-hari akan warisan perbudakan, segregasi, dan ketidakadilan rasial yang terus berlangsung.
Seorang wanita memegang plakat bertuliskan "Black Lives Matter" di jalan di Ferguson, Missouri, Amerika Serikat, pada 10 Agustus 2015. (Xinhua/Jim Vondruska)