CARAPANDANG - Harga minyak mentah berjangka membukukan kenaikan yang solid pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), ditopang prospek ketatnya pasokan dan dolar AS, yang jatuh di tengah komentar Ketua Fed Jerome Powell dalam kesaksiannya di hadapan Kongres.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus terangkat 1,34 dolar AS atau 1,88 persen, menjadi menetap pada 72,53 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah Brent untuk pengiriman Agustus bertambah 1,22 dolar atau 1,61 persen, menjadi ditutup pada 77,12 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Prospek ketatnya pasokan jagung dan etanol di Amerika Serikat berarti permintaan minyak akan meningkat karena jagung digunakan untuk memproduksi etanol, yang dicampur dengan bahan bakar fosil, dikutip dari Xinhua.
Amerika Serikat hanya memiliki 55 persen jagung dalam kondisi baik hingga sangat baik pada Minggu (18/6/2023), turun dari 61 persen pada minggu sebelumnya, yang mencerminkan dampak kekeringan, menurut laporan mingguan Departemen Pertanian AS yang dikeluarkan pada Selasa (20/6/2023).
Harga jagung berjangka di Chicago Board of Trade mengalami pertumbuhan substansial pada Rabu (21/6/2023), melonjak 5,2 persen setelah laporan pemerintah menunjukkan banyak tanaman AS tertekan oleh kondisi kekeringan.
Selain itu, paket sanksi ke-11 Uni Eropa terhadap Rusia diperkirakan akan semakin membatasi ekspor minyak Rusia.