CARAPANDANG - Militer Nepal melanjutkan pembicaraan dengan para pengunjuk rasa Gen Z untuk menentukan pemimpin sementara. Gelombang protes besar sebelumnya menewaskan 30 orang dan memaksa perdana menteri mengundurkan diri, dilansir dari Reuters, Kamis (11/9/2025).
Tentara kini berpatroli di jalanan Kathmandu yang mulai tampak tenang usai kerusuhan besar yang dipicu larangan penggunaan media sosial. Pemerintah akhirnya mencabut larangan tersebut.
Namun, kebijakan itu baru dibatalkan setelah 19 orang tewas dalam bentrokan ketika polisi menembakkan gas air mata dan peluru karet ke arah massa. Mantan Ketua Mahkamah Agung Sushila Karki disebut sebagai kandidat terdepan pemimpin sementara.
Karki, yang pada 2016 menjadi perempuan pertama menjabat Ketua Mahkamah Agung Nepal, diusulkan oleh banyak tokoh protes. Ia dipilih karena dianggap jujur, berani, dan tidak tergoyahkan.
Meski Karki yang kini berusia 73 tahun telah memberi persetujuan, jalur konstitusional untuk pengangkatannya masih dicari. Namun, terdapat perbedaan pendapat di antara pengunjuk rasa mengenai pencalonannya sehingga upaya mencapai keputusan bulat terus dilakukan.
Hingga kini, Karki belum memberikan komentar. Sementara itu, militer menyatakan bahwa pembicaraan masih berlangsung dengan tujuan menormalkan situasi secara perlahan.