Menurutnya kurikulum tidak lagi cukup berorientasi pada formalitas, tetapi harus menyentuh substansi, menggeser cara pandang antroposentris menuju kesadaran ekologis, serta mengubah pola keberagamaan yang kaku menjadi lebih membebaskan.
“Agama tidak boleh menjadi penjara kreativitas. Agama adalah kompas moral yang membimbing manusia agar kreatif, beradab, dan bertanggung jawab,” tegasnya.
Sementara itu, Menko PMK Pratikno menilai dunia saat ini berada dalam situasi VUCA; volatility, uncertainty, complexity, dan ambiguity, yang semakin kompleks akibat maraknya disinformasi, perkembangan kecerdasan buatan, hingga manipulasi teknologi seperti deep fake.
Ia mengingatkan bahwa kejayaan peradaban Islam pada masa klasik lahir dari visi jangka panjang yang mampu mengintegrasikan ilmu pengetahuan dengan nilai-nilai spiritual. “Ilmuwan Muslim tidak hanya menerjemahkan ilmu, tetapi menciptakan pengetahuan baru. Kuncinya integrasi sains dan etika,” kata Pratikno.
Ia menilai Islam saat ini berada di persimpangan penting, apakah tampil sebagai solusi moral global atau justru ditinggalkan karena dianggap tidak relevan. “Di sinilah pendidikan Islam dan UIN harus hadir sebagai pusat etika teknologi berbasis nilai Islam,” ujarnya menegaskan.
Menteri Agama: Kurikulum adalah Penentu Arah Peradaban
“Umat seperti apa yang lahir di masa depan sangat ditentukan oleh kurikulum hari ini. Kurikulum adalah penentu arah peradaban,”ujar Menteri Agama.