Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa perlawanan Palestina, terutama Hamas, "bertindak secara bijak dan akurat" baik dalam medan perang maupun dalam arena politik, melihat bahwa Israel gagal mencapai tujuan yang diungkapkannya.
Korban jiwa di Jalur Gaza yang terkepung sejak 7 Oktober telah nyaris mencapai 28 ribu, bahkan ketika Perdana Menteri Israel telah memberikan perintah untuk melakukan invasi darat ke Rafah dalam beberapa minggu mendatang.
Menlu Iran itu mengatakan bahwa AS bergerak dalam dua arah secara bersamaan menyediakan senjata untuk Israel dan membicarakan solusi politik, seraya menambahkan bahwa jika Washington mencari perdamaian, negara itu harus menghentikan perang.
“Gedung Putihlah yang harus memilih apakah akan tetap menjadi sandera Israel atau fokus pada solusi dan mengakhiri perang,” katanya, seraya menambahkan bahwa Israel tidak akan dapat melanjutkan perang “bahkan untuk satu jam pun” tanpa dukungan AS.
Dia juga menyinggung serangkaian serangan terhadap kapal-kapal yang terkait dengan AS dan Inggris di Laut Merah dalam beberapa pekan terakhir oleh kelompok Houthi yang bersekutu dengan Iran, dan mengatakan bahwa kelompok Yaman tersebut berupaya memberikan tekanan untuk menghentikan perang di Gaza.
Pada kunjungan berikutnya ke dua negara, menteri luar negeri Iran itu dijadwalkan mengunjungi Suriah pada hari Minggu.