Dibangun setengah abad yang lalu di atas lahan seluas sekitar 93.887 hektare, pabrik tersebut kini dikelola oleh sekitar 60 staf, baik administrasi maupun teknis, yang bertugas menjaga aset-aset yang tersisa, termasuk mesin-mesin, toko, dan unit perumahan.
"Pabrik ini dapat memainkan peran penting dalam menstabilkan ekonomi dan keamanan kami," tambah Ayubi. "Jika dihidupkan kembali, pabrik ini dapat mempekerjakan setidaknya 5.000 orang. Karena kemiskinan, banyak orang Afghanistan yang melarikan diri ke luar negeri, beberapa tenggelam dalam perjalanan, sementara yang lain dieksploitasi. Pabrik ini dapat memberikan masa depan bagi mereka di sini."
Gulbahar tidak sendirian. Pusat-pusat tekstil utama lainnya, seperti Pabrik Tekstil Bagrami di dekat Kabul, juga tinggal reruntuhan akibat konflik berkepanjangan.
Pemerintahan sementara Afghanistan telah berulang kali meminta investor dalam dan luar negeri untuk membantu membangun kembali industri negara yang hancur akibat perang itu, dengan harapan dapat memicu pemulihan ekonomi, mengurangi kemiskinan, dan memberikan alasan bagi warga untuk tetap tinggal di sana.