Jokowi, yang terpilih pertama kali pada tahun 2014, berjanji akan mengubah politik Indonesia. Berbeda dengan presiden sebelumnya yang kebanyakan berasal dari militer atau dinasti politik, Jokowi adalah mantan pengusaha kecil. Dia mengklaim bahwa anak-anaknya tidak memiliki ambisi politik.
Setelah memenangkan pemilu dengan margin tipis atas Prabowo Subianto, seorang jenderal pensiunan yang flamboyan dan mantan menantu Soeharto, Jokowi menolak untuk memberikan kursi kabinet sebagai balasan atas dukungan dari sepuluh partai politik di badan legislatif Indonesia, dan berkomitmen untuk menunjuk pemerintahan teknokrat. Sebagai tanggapan, enam partai membahas pemakzulan Jokowi bahkan sebelum ia mulai menjabat.
Pengalaman tersebut dikatakan masih membayangi Jokowi. Setelah menjabat, ia memanfaatkan perpecahan internal partai oposisi untuk membentuk komite eksekutif yang mendukungnya. Pada tahun 2016, Jokowi mengintegrasikan oposisi ke dalam koalisi dan kabinetnya, membagi keuntungan kemenangan dengan mereka.
Setelah mengalahkan Prabowo pada tahun 2019, Jokowi mengejutkan publik Indonesia dengan menunjuknya sebagai Menteri Pertahanan. Ia juga menggabungkan partai Gerindra yang dipimpin Prabowo ke dalam kabinetnya, memperluas koalisi menjadi delapan partai dengan 74% kursi di legislatif.