Adapun rincian rencana aksi yang telah disepakati itu di antaranya, melakukan kegiatan Pekerja Sosial (Peksos) goes to school, Peksos goes to pesantren, penguatan edukasi pada anak tentang bagian tubuh sensitif yang tidak boleh disentuh orang lain, edukasi pada anak agar berani melaporkan tindak kekerasan yang dialami, video stop kekerasan pada anak hingga khutbah jumat dengan tema stop kekerasan pada anak.
"Tidak ada salahnya, kegiatan FGD tentang ini kita laksanakan lebih sering, kalau bisa dengan pemateri berbeda. Tujuannya, agar hasilnya menjadi lebih terukur dan matang, karena nanti, itu akan kita jadikan dasar dalam pengambilan kebijakan," tegas Mahyeldi.
Meski pun demikian, Gubernur Mahyeldi menegaskan, pemerintah tidak bisa jalan sendiri dalam mengatasi permasalahan ini. Perlu peran aktif dari banyak pihak, terutama tokoh agama, tokoh adat, dan seluruh masyarakat.
Sebab kearifan lokal Minangkabau, telah mengajarkan bahwa peran tali tigo sapilin dan tungku tigo sajarangan (tokoh adat, tokoh agama, dan cerdik pandai) terbukti efektif untuk menyelesaikan banyak persoalan di tengah masyarakat. Peran itu, yang saat ini perlu kita perkuat kembali. (adpsb/cen/bud).