“Kita memiliki 79 nagari yang mempunyai tradisi berbeda dalam memasak rendang berbahan selain daging yang mungkin masih belum dikenal oleh masyarakat, dengan ajang ini kita sekaligus mendata dan mendokumentasikan rendang kreasi yang merupakan khas kearifan lokal dari masing-masing nagari” ujar Nevi Safaruddin. Nevi Safaruddin menuturkan bahwa saat ini ekspor rendang berbahan daging masih terkendala sehingga dengan adanya kreasi yang dihasilkan dari bahan non daging, Kabupaten Lima Puluh Kota dapat menjawab tantangan ekspor tersebut.
Selain berkreasi dengan bahan non daging, acara ini makin menarik dengan memanfaatkan olahan sampah menjadi bahan bakar ramah lingkungan menggunakan kompor biomassa untuk memasak rendang. “Awalnya saya dikenalkan dengan metoda TOSS (Tempat Olah Sampah di Sumbernya) dan kebetulan HIPERMI ingin mengadakan Festival Rendang jadi tercapailah dua perpaduan antara melestarikan tradisi dan inovasi dari pengolahan sampah,” jelas Nevi.
Sementara itu Ketua Umum HIPERMI Pusat Febrianti Takarian menerangkan saat ini rendang berbahan dasar daging masih belum bisa di ekspor sehingga ekspor masih berfokus pada bumbu rendang. “Melalui festival ini membuka wawasan bahwa rendang yang dimasak oleh peserta dengan menggunakan bahan selain daging seperti daun-daun, bisa kita perjuangan untuk ekspor ke luar negeri,” terangnya. “Mudah-mudahan dengan festival ini HIPERMI bisa membantu dan mempromosikan kepada buyer-buyer,” tambahnya.