Dalam pembuatan film ini, Alfi terinspirasi dari Serat Ambatik yang berbicara tentang kreativitas lahir dari rahim seorang perempuan. Di film pendek itu, Alfi menggambarkan kain eco-print yang dikenakan Mulyani sebagai manifestasi memori visual dan perasaan yang tengah dialami oleh seorang perempuan.
Secara koreografis, Alfi mempercayai Mulyani untuk menampilkan kebolehannya. Wanita lulusan Seni Tari Universitas Negeri Yogyakarta itu melanggak-lenggok dengan anggun di seluruh adegan film. Penonton yang mayoritas berasal dari Eropa terpana dengan setiap gerakannya. Alhasil, film pendek Empu banjir pujian. “Saya turut bahagia karya kami bisa mendapatkan apresiasi yang begitu besar,“ kata Mulyani.
Sementara itu, salah satu penonton Movement Art Film Festival Berlin, Karina, merasa tersentuh dengan penampilan Mulyani dalam film Empu. “Saya merasa tersentuh dengan setiap gerakan yang dipertunjukkan oleh Mulyani,“ ungkap Karina.
Proses pengambilan gambar Empu terbilang singkat. Alfi mengatakan bahwa proses shooting hanya memakan waktu satu hari, sedangkan proses editing dan finishing film pendek itu pun kurang lebih memakan waktu 7 hari. “Saya bersyukur walau proses pengambilan gambar dan editing terbilang singkat, tapi kami lolos dan dapat menayangkan film pendek kami di Berlin,“ kata pria lulusan Broadcasting Akademi Komunikasi Indonesia itu.