Untuk faktor pertama, penulis melihat gelagat perubahan arah dukungan akan dilakukan oleh PKB. Seperti sudah diketahui secara luas Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar memiliki "hasrat" yang sangat besar ingin menjadi calon wakil presiden. Hasrat tersebut telah ditunjukkan sejak Pilpres 2019 lalu, dan hasrat tersebut semakin kuat dipertonton pada Pilpres 2024. Untuk memuluskan hasratnya PKB kerap membangun narasi politik bahwa Muhaimin merupakan pendamping yang tepat bagi Prabowo. Padahal jika melihat data berdasarkan hasil dari berbagai lembaga survei tingkat elektabilitasnya sebagai Cawapres sangat rendah yakni di bawah angka 5 persen.
Melihat rendahnya elektabilitas Muhaimin, sangat besar Prabowo akan mencari pendampingnya yang lebih pas, yakni pasangan yang diharapkan mampu mendongkrat elektabilasnya di Pilpres 2024. Maka, sangat mungkin PKB untuk berubah arah dukungan jika kepentingan politik kekuasaanya tidak terakomodasi yakni dengan meninggalkan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya.