Di sekeliling Abu Ajwa, sejumlah wanita dan anak-anak berbaring di lantai atau di atas tandu. Salah satunya adalah Ahmed al-Kilani, seorang bocah laki-laki berusia 11 tahun yang kaki kirinya terluka parah dan harus diamputasi setelah serangan Israel di wilayah Zeitoun, Gaza City, tiga pekan sebelumnya.
Ibunya, Om Ahmed, duduk di sampingnya, sambil mengelus kepala Ahmed dengan lembut. "Kami sudah berhari-hari belum bertemu dengan dokter. Lukanya terbuka dan bau," ratapnya.
Sebelumnya, Om Ahmed membawa putranya ke Rumah Sakit Al-Ahli Arab setelah terluka. Namun tak lama kemudian, rumah sakit itu pun menjadi sasaran pengeboman Israel.
Serangan udara Israel menghantam Rumah Sakit Al-Ahli di Gaza City pada Minggu (13/4) pekan lalu, merusak peralatan medis penting dan memaksa fasilitas kesehatan itu ditutup.
Militer Israel mengatakan serangannya menargetkan "sebuah pusat komando dan kendali Hamas" yang terletak di dalam kompleks rumah sakit tersebut. Dalam sebuah pernyataan gabungan, Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defense Forces/IDF) dan Badan Keamanan Israel (Israel Security Agency/ISA) mengatakan anggota Hamas menggunakan fasilitas tersebut untuk mengoordinasikan serangan.
Rumah sakit Al-Ahli Arab pun berhenti beroperasi usai serangan tersebut. Ruang gawat darurat, laboratorium, mesin sinar-X, dan apotek hancur. Sebanyak 50 pasien dipindahkan, sementara 40 lainnya yang berada dalam kondisi kritis tetap tinggal di sana, ungkap Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).