Pertama, kata dia, kondisi ekonomi Israel sendiri sedang mengalami kemerosotan, bahkan menuju kebangkrutan. Karena, menurut dia, Israel yang melakukan Genosida di Gaza menelan biaya yang sangat besar sekali.
"Apalagi memang kabinet yang sekarang ini itu ada tokoh yang sangat ekstrem, tokoh kanan, jenderal Ben-Gvir, itu tokoh kanan ekstrem yang diberi dukungan oleh kelompok Yahudi ekstrem," jelas Sudarnoto.
Namun, kata dia, meskipun Israel mengeluarkan biaya yang sangat tinggi, ternyata pejuang Hamas tidak bisa ditundukkan sampai sekarang dan masih eksis. "Sehingga dampaknya memang memburuknya ekonomi," ujar dia.
Kedua, lanjut dia, secara politik sekarang di Israel ada pertentangan antara Itamar Ben-Gvir dengan Benjamin Netanyahu. Bahkan, menurut dia, Ben Gvir pernah mengancam Netanyahu.
"Kalau Netanyahu mengikuti kehendak Amerika pada waktu itu, maka Netanyahu akan dijatuhkan, dikudetalah kira-kira begitu. Netanyahu karena masih berkepentingan untuk terus lanjut ya, maka dia waktu itu mengikuti Ben Gvir," ucap dia.
Sebelum genjatan senjata kali ini dilakukan, Ben-Gvir lalu mengancam lagi kepada Netanyahu dan mengancam untuk mundur dari kabinet jika kesepakatan tersebut dilakukan.