CARAPANDANG - Di sebuah ruang kelas sederhana di Sekolah Rakyat (SR) Terintegrasi 7 Kota Probolinggo, sekelompok siswa tampak serius menatap layar gawai mereka. Bukan untuk menonton video hiburan atau bermain gim, melainkan membaca cerita rakyat digital yang disediakan dalam bentuk e-book.
Di hadapan mereka, berdiri seorang guru muda bernama Fellicia Roshita Armanda Putri, yang dengan senyum sabar membimbing para siswanya menemukan unsur intrinsik dalam kisah yang mereka baca.
“Tujuannya bukan menggantikan buku, tapi mengenalkan kepada anak-anak bahwa ada buku cerita menarik yang bisa mereka baca lewat HP. Jadi, ketika membuka gawai, mereka tidak hanya melihat TikTok atau media sosial, tapi juga membaca buku,” tutur Fellicia, Guru Bahasa Indonesia di Sekolah Rakyat Terintegrasi 7 Kota Probolinggo, saat berbincang dengan InfoPublik.id, Rabu (15/10/2025).
Baginya, teknologi adalah jembatan, bukan penghalang. Ia percaya bahwa di tengah derasnya arus digitalisasi, pendidikan justru harus hadir di ruang yang paling akrab dengan anak-anak ayar gawai mereka sendiri.
“Sekarang tidak bisa lagi hanya mengandalkan papan tulis. Saya ingin mereka tahu bahwa gawai bisa dimanfaatkan untuk belajar, bukan sekadar hiburan,” ujarnya penuh keyakinan.
Selama mengajar di Sekolah Rakyat, Fellicia berkomitmen untuk menumbuhkan literasi dasar sejak dini. Ia percaya, kemampuan membaca dan menulis bukan hanya soal akademik, tapi kunci untuk membuka kesempatan hidup yang lebih baik.
