Sementara itu, imbal hasil US Treasury meningkat menjadi 3,86% dari 3,78%. Menguatnya dolar AS membuat konversi pembelian emas makin mahal sehingga membuat permintaan menurun. Sementara itu, emas tidak menawarkan imbal hasil sehingga emas tidak menarik.
"Kami melihat peningkatan pada imbal hasil dan peningkatan pada indeks dolar... Emas telah melonjak luar biasa tiga sesi lalu. Emas mencatatkan rekor tertinggi baru sepanjang masa pekan lalu, jadi wajar bagi para trader untuk mengambil keuntungan dari pergerakan ini," kata Phillip Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures, kepada Reuters.
Kendati sempat ambruk, namun harga emas kembali lagi bergerak di atas US$2.500/troy ons setelah ketua The Fed, Jerome Powell semakin membuat pasar secara clear bahwa sudah waktunya untuk menurunkan suku bunga.
Dikutip dari Kitco, analis mencatat bahwa pasar menerima sinyal yang paling jelas pada Jumat selama pidato Powell di Simposium Bank Sentral Jackson Hole.
"Saatnya bagi kebijakan untuk disesuaikan," kata Powell. "Arah pergerakan sudah jelas, dan waktu serta kecepatan pemotongan suku bunga akan bergantung pada data yang masuk, prospek yang berkembang, dan keseimbangan risiko."
Pendiri AuAg Funds, Eric Strand mengungkapkan bahwa investor Barat baru mulai tertarik pada emas, dengan pemotongan suku bunga yang diharapkan akan menurunkan biaya kesempatan memegang logam mulia tersebut.