Indeks dolar AS naik 0,27% di level 100,93 pada Kamis (28/12/2023) setelah mencapai level terendah lima bulan. Begitu juga dengan Imbal hasil Treasury AS 10 tahun berada di level 3,84%, turun dari level terendah sejak bulan Juli.
Dolar tetap menguat meski data tenaga kerja AS mendingin. Klaim pengangguran AS naik minggu lalu, mengindikasikan pasar tenaga kerja terus melemah pada kuartal keempat tahun ini. Pada Jumat (22/12/2023) Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa klaim pertama kali untuk tunjangan naik 2.000 menjadi 205.000 dalam pekan yang berakhir 16 Desember 2023.
Analis UBS, Giovanni Staunovo menjelaskan pelemahan emas hanya sementara karena sang logam mulia masih bisa menguat ke depan.
"Kami memperkirakan harga emas akan lebih tinggi dalam 12 bulan ke depan, dengan data ekonomi yang lebih lemah dan inflasi yang lebih rendah di AS akan memaksa The Fed untuk menurunkan suku bunganya," ujar Staunovo, dilansir dari Reuters.
Dari segi fisik, impor emas bersih China melalui Hong Kong naik sekitar 37% di bulan November dibandingkan bulan sebelumnya.
Harga emas sangat sensitif terhadap pergerakan suku bunga AS. Kenaikan suku bunga AS akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury menguat. Kondisi ini tak menguntungkan emas karena dolar yang menguat membuat emas sulit dibeli sehingga permintaan turun. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan imbal hasil US Treasury membuat emas kurang menarik.