CARAPANDANG - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebut salah satu pemicu badai yang mengguncang berbagai negara adalah perubahan iklim. Memanasnya suhu permukaan air laut, disebut menjadi salah satu penyebab cuaca ekstrem yang terekskalasi menjadi rentetan badai merusak.
“Dalam kondisi normal, saat peralihan musim memang bisa membangkitkan cuaca ekstrem. Tapi yang kita lihat sekarang ini tidak biasa,” ucap Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Erma Yulihastin, Selasa (12/11/2024).
Erma mencontohkan, cuaca ekstrem yang menyebabkan banjir besar di Valencia, Spanyol, pada akhir Oktober lalu, juga dipicu pemanasan suhu permukaan air laut. Menurutnya, hal ini tidak lepas dari lokasinya yang berada di dekat laut lepas.
“Hujan dengan intensitas sangat tinggi terbentuk di laut dan ditransfer menuju ke darat. Hujannya terjadi di dataran tinggi dan mengalir sampai ke kota hingga terjadi banjir bandang,” ucapnya.
Disebutkan, pemanasan suhu permukaan air laut dapat membentuk gulungan awan Cumulonimbus (awan Cb). Gulungan awan tebal ini dapat menimbulkan badai dahsyat yang sifatnya bisa sangat luas.
“Hujan badai akhir-akhir ini bukan dari awan Cb yang single. Sifatnya sangat tidak lokal,” katanya.
Maka dari itu, dirinya mengajak masyarakat untuk memberi perhatian terhadap pemanasan air laut. “Karena hal ini membuat cuaca ekstrem semakin tereskalasi,” ujarnya.